Madridista

MY ARTIKEL

Sabtu, 22 Desember 2012


Membangun Paradigma ; Upaya Menemukan Identitas Kemahasiswaan Sebagai Basis Transformasi Sosial


SEKAPUR SIRIH

KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH,
BERTANAH AIR SATU TANAH AIR TANPA PENINDASAN
 KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH,
BERBANGSA SATU BANGSA CINTA KEADILAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH,
BERBAHASA SATU BAHASA TANPA KEBOHONGAN

Penggalan bait diatas merupakan sumpah mahasiswa Indonesia yang seharusnya dapat kita jadikan spirit perjuangan dalam gerak langkah ideal mahasiswa. Tetapi sayang mahasiswa nampaknya sudah merasa nyaman dengan pengecilan peran mahasiswa dalam segi pemikiran, akademisi bahkan berujung pada kerdilnya gerakan mahasiswa. Sudah seharusnya kita kembali menghayati peran pendahulu mahasiswa 13 tahun silam, dengan menggadangkan semangat REFORMASI mereka mampu membuat perubahan untuk negeri ini, dan kita harus sadari untuk menyempurnakan itu pergerakan harus selalu dibangun dengan kesatuan mahasiswa. Dan saya melihat factor penghambat pergerakan mahasiswa saat ini lahir dari maha siswa itu sendiri, sudah selayaknya mahasiswa mampu mem-filter kondisi lingkungan untuk menjadi nyaman dan sesuai dengan norma yang ada. Karna Hari ini Narkoba dan gaya hidup yang berlebihan nampaknya menjadi penting dibandingkan dengan prestasi akademik. Selanjutnya sekalipun ada prestasi akademik oleh mahasiswa rata-rata perpatokan pada system nilai apalagi jika bukan Indeks Prestasi Akademik, padahal IPK merupakan system nilai yang tanpa kita sepakati dan dapat diperolah dengan mengikuti kuliah minimal 75% dalam kelas. System ini sangat mengecilkan mahasiswa, seakan- akan mahasiswa tak beda dengan siswa yang harus mendengarkan. Apalagi dizaman sekarang mahasiswa mengalami degradasi dari beberapa hal termasuk paradigma, kebanyakan hanya suka dengan aktifitas hedonis yang sama sekali jauh dari fungsi dan tanggung jawabnya sebagai pelopor kesadaran rakyat, malahan tindakan amoral banyak dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan dirinya terdidik (mahasiswa). Menurutku ini semua terjadi karena kesadaran itu yang tidak ada, kesadaran akan sesuatu yang substantif, pergeseran paradigma ini membuat citra mahasiswa buram dimata masyarakat dan menjauhkan kita dari realitas sosial yang timpang, dalam makalah ini saya akan mencoba memberikan solusi bagaimana mengembalikan dan mendekonstruksi paradigma mahasiswa untuk mampu kembali ke jalan yang benar dan menjadi pelopor kesadaran rakyat. 
MAHASISWA DAN KAMPUS
Sungguh menarik memang jika kita kembali membincangkan persoalan kampus dan dinamikannya yang sungguh dinamis, kampus merupakan tempat pengembangan diri yang memberikan perubahan pikiran, sikap, dan pencerahan, tempat mahasiswa lahir menjadi kaum pemikir bebas yang tercerah.
Dengan sifat keintelektualnya, mahasiswa lahir dan tumbuh menjadi entitas(model) yang memiliki paradigma ilmiah dalam memandang persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan. Ciri dan gaya mahasiswa terletak pada ide atau gagasan yang luhur dalam menawarkan solusi atas persoalan-persoalan yang ada. Pijakan ini menjadi sangat relevan dengan nuansa kampus yang mengutamakan ilmu dalam memahami substansi dan pokok persoalan apapun.
Berbicara tentang mahasiswa dan aktivitasnya sudah menjadi pokok bahasan dalam berbagai kesempatan pada hampir sepanjang tahun. Berbagai forum diskusi yang diselenggarakan, menghasilkan berbagai ragam tulisan, makalah, maupun buku-buku yang diterbitkan tentang hakikat, peranan, dan kepentingan gerakan mahasiswa dalam pergulatan pemikiran. Kampus merupakan tempat pengembangan diri yang memberikan perubahan pikiran, sikap, persepsi dan pencerahan, tempat lahirnya mahasiswa sebagai seorang yang lain (dalam artian positif). Dengan kata lain, kampus merupakan laboratorium besar tempat melahirkan beragam ide, pemikiran, pengembangan wawasan yang kemudian diwujudkan dalam bentuk peranan sosial individu mahasiswa tersebut dalam kehidupan kemasyarakatan. Menjadi agen bagi perubahan sosial, budaya, paradigma, ekonomi dan politik masyarakat secara luas. Dengan demikian, kepentingan masyarakat menjadi barometer utama bagi keberhasilan suatu perubahan sosial yang dilakukan oleh agen (mahasiswa tersebut). Mahasiswa dituntut tidak hanya berhasil membawa ijazah, tetapi juga diharuskan membawa perubahan dari ilmu dan pengalamannya selama berada dalam laboratorium kampus.
Konsep perlawanan merupakan suatu hal yang lazim bagi mahasiswa. Perlawanan yang dilakukan bisa muncul dalam bentuk yang beragam, tentu saja dalam satu visi yang besar, untuk kepentingan dan pembelaan bagi masyarakat umum. Isu yang ditangkappun terdiri dari beragam persoalan, mulai dari persoalan sosial ekonomi, politik, budaya, etika, agama dan lain sebagainya. Aksi demontrasi, aksi pendampingan, memberikan alternatif pengetahuan dan pola pikir, memberikan penyuluhan, dan beragam cara lagi yang dapat dilakukan oleh agen (seorang mahasiswa), baik sebagai sebuah kelompok sosial maupun sebagai individu yang tergabung dalam kelompok-kelompok sosial lainnya.
Terkadang pemahaman mahasiswa atas teks-teks yang dipelajari dikampus bersifat tekstual. Karenanya perlu ada penyeimbangan pemikiran dalam memahami realitas. Kalangan mahasiswa diminta tidak hanya memahami teks saja tetapi mampu melihat perubahan dunia yang cepat dari teks-teks yang dipelajarinya itu. Karenanya pemahaman teks yang menyebar dalam berbagai literatur menjadi penyelaras dalam kondisi zaman yang sedang berubah.
Paradigma mahasiswa dikampus bertumpu pada penyelarasan ideologis dengan ketajaman analisis terhadap persoalan-persoalan yang terjadi. Kalangan mahasiswa mampu membaca, mengkaji, dan berdiskusi secara logis, kritis, sistematis, dan komperhensif, serta mampu membedah persoalan dari berbagai aspek dan sudut pandang ilmu dan pemikiran yang konstruktif. Hal ini harus menjadi kultur yang melekat. Gerakan mahasiswa dalam konteks kekinian dituntut untuk bisa bergaul dalam dimensi yang lebih luas. Oleh karena itu, gerakan mahasiswa diharapkan mampu memberikan jawaban atas kondisi zaman yang terus berubah. Jika tidak bisa, maka mahasiswa akan ditinggalkan oleh kemajuan zaman ini.
Perlu kita ketahui bersama bahwa efek dari kehadiran kampus ternyata punya peranan yang sangat penting dalam pembangunan paradigma mahasiswa dalam hal memandang dunia atau problem kemanusiaan yang terjadi hari ini. Tak bisa kita pungkiri karena sejarah telah mencatat integritas mahasiswa dalam gerakan perjuangan rakyat untuk merebut cita-citanya walaupun sampai hari ini masih sangat jauh dari yang diinginkan namun ini adalah sumbangsih yang menurutku cukup besar. Eksistensi mahasiswa dalam kehidupan sosial adalah hal yang memang sangat sinkron, dimana mahasiswa sebagai pelopor kesadaran rakyat atau dengan kata lain pelopor pembangunan paradigma rakyat. Namun sebuah pertanyaan besar untuk kita semua, kenapa hingga hari ini paradigma mahasiswa sedikit demi sedikit bergeser dari porosnya? Kampus juga sudah membangun counter budaya terhadap kemajuan pengetahuan mahasiswa khususnya hal-hal yang bertentangan dengan pihak birokrasi dengan mengeluarkan kebijakan yang kontra dengan mahasiswa akhirnya berdampak buat kemajuan pengetahuan.
Kenapa pembangunan paradigma kudekatkan dengan kampus karena kampus adalah sarang berkumpulnya para intelektual muda, dan disanalah mereka dapat mengkonsolidasikan ide juga gerak dalam upaya penemuan identitas kemahasiswaan sebagai basis transformasi sosial. Dizaman sekarang ini mahasiswa melepaskan dirinya dari realitas sosial, menurutku itu tidak terlepas dari desain kampus yang makin birokratis ditambah lagi budaya hedonisme yang ditelorkan kapitalisme untuk menghancurkan generasi revolusioner. Berbagai macam cara dilakukan untuk mematikan embrio gerakan perubahan mahasiswa salah satu diantaranya adalah dengan aturan dan memperketat aktifitas perkuliahan apatah lagi beban tugas yang diberikan dosen, ini sama sekali akan mengahambat dan menjauhkan mahasiswa untuk tidak mengintegrasikan dirinya dibasis massa/rakyat. Dari perubahan itu membuat mahasiswa makin tak beridentitas, maksudnya adalah identitasnya sebagai pelopor perubahan, identitas yang terbangun sekarang adalah identitas kulit kacang dimana status mahasiswa hanya digunakan ketika penobat gelar mahasiswa memiliki kepentingan individu yang menurut berbanding terbalik dengan sesungguhnya mahasiswa. Jadi kalau tidak cepat identitas ini diperbaiki maka yakin dan percaya masa depan bangsa ini akan semakin hancur berantakan.
REVOLUSI PARADIGMATIK ALA HUMANISTIK
Eksistensi dan posisi gerakan mahasiswa dihadapkan pada sebuah realitas dunia global yang tidak bisa dihindarkan. Arus globalisasi telah menyentuh berbagai sendi kehidupan manusia didunia. Cepatnya arus globalisasi menurut William K. Tabb (2003) mampu membentuk rezim perdagangan dan keuangan dunia serta mendefinisikan ulang kesadaran pada tingkat yang paling dekat dan lokal, mempengaruhi bagaimana orang memandang dirinya, ruang gerak anak-anak mereka dan entitas mereka sehingga mengalami perubahan akibat kekuatan globalisasi ini. Apakah gerakan mahasiswa menolaknya secara radikal atau hanya cukup memahaminya atau mempersiapkan diri untuk ikut berkompetensi dan memposisikan diri sejajar dengan mereka secara wajar?.
Gesekan dunia global menjadi trend dalam kondisi saat ini, karenanya seluruh lapisan masyarakat perlu memahami secara benar tentang realitas-realitas dunia yang sedang mengalami pergolakan dalam berbagai unsur kehidupan. Melihat trend (Trend Wacting) yang terjadi dalam pergeseran dunia global adalah kerangka dalam memahami apa yang sedang terjadi hari ini, dan apa yang akan kita lakukan dimasa-masa yang akan datang. Tren yang terjadi hari ini adalah dominasi kekuatan global yang tidak bisa dihindarkan dalam ranah kesadaran manusia.
Berangkat dari situasi diatas diperlukan memang sebuah alat untuk melawannya, apa itu? Kesadaran, dengan kata lain revolusi paradigmatik, itu adalah langkah perjuangan yang mendasar atau pondasi berjuang karenapercuma revolusi jika hanya sementara. Proses itu menjadi sebuah kewajiban untuk sampai pada apa yang disebut cita-cita kemanusiaan
Untuk membangun sebuah budaya yang humanitarian dan egaliter maka paradigma adalah hal yang krusial untuk sesegera mungkin diselesaikan, maksudnya adalah perubahan pola pikir sangat menunjang dinamika dalam kehidupan bermasyarakat. Kondisi mahasiswa hari ini sangat parah, animo belajar dan berorganisasi luntur karena ada konstruksi budaya di kampus yang hilang, apa itu? Budaya itu adalah budaya diskusi atau budaya belajar yang tidak kembangkan, ditambah lagi hegemoni system yang mereduksi tatanan kampus menjadi tatanan yang sangat ekslusif. Pertanyaan yang paling besar adalah kenapa fenomea itu terjadi dengan arus yang sangat deras dan tidak ada upaya membendungnya? 
Langkah-langkah selanjutnya yang paling rasional dalam menghadapi tatanan dunia global, bagi kalangan mahasiswa dikampus adalah membangun kesadaran bersama dengan meningkatkan kompetensi dan skill dalam memposisikan diri supaya sejajar dengan bangsa-bangsa Barat dalam bidang ilmu pengetahuan. Karenanya budaya dan tradisi yang selama ini dilakukan dikampus untuk digeserkan kearah perubahan paradigma memahami budaya dan tradisi yang ada.
Tidaklah kaku jika mahasiswa membangun dialog peradaban (Civilization)dikampus, minimal ada dua paradigma visi dialog pembangunan masyarakat berperadaban. Pertama, Perubahan eksistensi dan identitas diri, yang mampu melahirkan paradigma kehidupan sosial baru dan merdeka, bebas dari penghambaan terhadap unsur-unsur materi, melahirkan kehidupan segar dan integraliistik. Era kehidupan yang syarat dengan nilai kemanusiaan dan bervisi masa depan. Ini merupakan tonggak fundamental pertama, merupakan visi kehidupan ummat manusia kearah pembebasan diri dari kungkungan materi yang menjadi ideologinya. Visi kehidupan ini mengarahkan manusia pada ideologi yang sesungguhnya dan menjadi benteng kekuatan para pewaris peradaban. Ini merupakan asas fundamental bagi terwujudnya masyarakat berperadaban. Proses ideologisasi kedalam tubuh masyarakat secara radikal perlu dilakukan. Kedua, Pola pembangunan struktur pengetahuan masyarakat yang secara bersamaan dilakukan dalam kerangka membangun kesadaran untuk membaca atas realitas yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar